Minggu, 26 Oktober 2014
ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
Aliran utilitarianisme ini berakar pada ajaran tentang kegunaan
atau utility, yang menyatakan, bahwa : baik atau buruk sebuah tindakan diukur
dari apakah tindakan itu menghasilkan tingkat kesenangan atau kebahagian yang
terbanyak, dengan pengorbanan yang paling sedikit.
Istilah utilitarianisme sebagai suatu nama aliran yang
berasal dari kata latin utilis yang berarti berguna. Aliran utilitarianisme ini
terbagi antara lain aliran act utilitarianism serta rule utilirianism yang
sering diterjemahkan sebagai ‘Utilitarianisme tindakan” dan ‘Utilitarianisme
peraturan’
Prinsip- prinsip aliran utilitarianisme, menurut Jeremy
Bentham (1748-1832) didasarkan kepada dua prinsip, yaitu :
- asosiasi
(association principle) serta
- kebahagiaan
terbesar (greatest happiness principle).
Bagi Bentham, prinsip kebahagiaan terbesar secara singkat
terjadi jika :
“An action is right from an ethnical point of view if and
only if the sum total of utilities produced by the act is greater than tha sum
of total utilities produced by nay other act the agent could have performed in
its place”.
Apa-apa “yang baik” merupakan kesenangan buruk” adalah rasa
sakit. Tindakan “yang baik” secara etika mengacu pada kebijakan dan
kebahagiaan, sedangkan “yang menghasilkan kebahagiaan terbesar.
Bentham berkeinginan untuk mencari kesamaan mendasar guna
mampu memberikan landasan objektif atas semua norma yang berlaku secara umum
serta yang daopat dietrima oleh masyarakat luas. Caranya ialah dengan menimbang
segi-segi manfaat dibandingkan dengan kerugian setiap tindakan.
Tokoh lain dari aliran utulitarianesme adalah John Stuart
Mill (1806-1973), seorang pengikut sekaligus pewaris yang meneruskan pemikiran
Bentham. Tema sentral dari pemikiran Mill ialah, bahwa tugas utama seseorang
adalah untuk tidak menimbulkan derita bagi sesama manusia.
Mill menyatakan, bahwa akumulasi asset perlu diikuti oleh
distribusi asset pula demi kebaikan masyarakat. Jika diperlukan, distribusi
asset dapat dipaksakan oleh masyarakat melalui penggunaan pajak, atau penyitaan
asset sekalipun. Hanya Mill tidak menerangkan hubungan antara distribusi dengan
produksi, khususnya alat-alat produksi, yang kemudian dikembangkan oleh Karl
Marx. Terlepas dari kekurangan ataupun kekeliruannya, Mill merupakan pemikir
yang secara tegas meghubungkan (dalam Principles) utilitarianisme.
Apabila aliran utilitarianisme hedonis menitikberatkan
ajaran mereka pada kesenangan dan kebahagian perorangan sebagai tolak ukur,
maka aliran utilitarianesme Bentham, Mill dan kemudian Henry Sidgwick
(1838-1900), menggeluti pemikiran mereka tentang Kebahagian individu?. Mereka
berpendapat bahwa merupakan tugas individu, atau perorangan, untuk meningkatkan
kebahagian masyarakat secara universal, bukan hanya kebahagian perorangan saja.
Prinsip utilitarianisme pun dapat menjelaskan mengapa
perbuatan seperti membunuh, berdusta, selingkuh dianggap secara moral adalah
salah, sedang beberapa tindakan lain seperti berterus-terang, kesetiaan, tepat
janji merupakan hal-hal yang benar. Jika orang berdusta ia merugikan masyarakat
karena menebarkan rasa saling tidak percaya diantara masyarakat sedangkan jika
ia berbuat benar maka terciptalah iklim saling percaya, saling membantu yang
mampu memperbaiki kualitas hidup manusia dalam sebuah masyarakat yang tertib
serta rapih.
Utilitarianisme sangat berperan dalam Ilmu ekonomi dan
bisnis, sejak awal abad ke XIX, banyak pakar ekonomi berpendapat perilaku
ekonomi dapat dijelaskan melalui asumsi, bahwa manusia senantiasa berusaha
untuk memaksimalkan manfaat dirinya sendiri maupun kinerjanya, sedangkan nilai
manfaat diukur dari harga yang diperoleh.
Prinsip Utilitarianisme juga sangat cocok dengan konsep yang
sering terjadi dalam tujuan bisnis yaitu efisiensi. Efisiensi terjadi jika
maksimalisasi produksi dapat dicapai lewat pemanfaatan sumber daya yang ada
tanpa memerlukan penambahan asset apapun. Kegiatan dinilai efisien apabila
hasilnya sesuai dengan yang telah direncanakan dengan mengunakan sumber daya
yang ada seminimal mungkin. Dengan menggunakan semboyan kelompok utilitarianisme,
efisiensi merupakan hasil berupa manfaat (benefit) yang sebesar-besarnya dengan
menggunakan cost yang serendah-rendahannya, seperti yang dijabarkan oleh ilmu
ekonomi secara umum.
Nilai Positif Etika Utilitarianisme
Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah asas
yang menyuruh setiap orang untuk melakukan apa yang menghasilkan kebahagiaan
atau kenikmatan terbesar yang diinginkan oleh semua orang untuk sebanyak
mungkin orang atau untuk masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu, menurut
pandangan utilitarian, tujuan akhir manusia, mestilah juga merupakan ukuran
moralitas. Dari sini, muncul ungkapan ‘tujuan menghalalkan cara’. Nilai Positif
Etika Utilitarianisme antara lain :
• Pertama, Rasionalitas. Prinsip moral yang
diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturan-aturan kaku yang
tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika utilitarianisme
memberikan kriteria yang objektif dan rasional.
•
Kedua, Utilitarianisme sangat menghargai
kebebasan setiap pelaku moral.Tidak ada paksaan bahwa orang harus bertindak
dengan cara tertentu yang tidak diketahui alasannya.
•
Ketiga, Universalitas. Mengutamakan manfaat atau
akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu tindakan dinilai bermoral
apabila tindakan tersebut memberi manfaat terbesar bagi banyak orang.
2.
Utilitarianisme Sebagai Proses dan standar
Penilaian
1.
sebuah penilaian mengenai kesejahteraan manusia,
atau utiliti, dan
2. sebuah petunjuk untuk memaksimalkan
kesejahteraan (utiliti), yang didefinisikan sebagai, memberikan bobot yang sama
pada kesejahteraan orang per-orang.
Analisa keuntungan dan kerugian
Utilitarianisme mengatakan bahwa tindakan yang benar adalah
yang memaksimalkan utiliti, yaitu memuaskan preferensi yang berpengetahuan
sebanyak mungkin.
Dalam pandangan kaum utilitarian-aturan, perilaku tak adil
dalam mendeskriminasi kelompok-kelompok minoritas menyebabkan meningkatnya
ketakutan pihak lain dengan mengalami aturan yang mengijinkan diskriminasi.
Keuntungan dan kerugian, cost and benefits, yang dianalisis
tidak dipusatkan pada keuntungan dan kerugian perusahaan. Analisis keuntungan
dan kerugian tidak ditempatkan dalam kerangka uang dan untuk jangka panjang.
Langkah konkret yang perlu diambil dalam membuat kebijaksanaan bisnis ,
berkaitan dengan Analisis keuntungan dan kerugian :
• Mengumpulkan dan mempertimbangkan alternatif
kebijaksanaan dan kegiatan bisnis sebanyak-banyaknya.
•
Seluruh alternatif pilihan dalam analisis
keuntungan dan kerugian, dinilai berdasarkan keuntungan yg menyangkut
aspek-aspek moral.
• Analisis Neraca keuntungan dan kerugian perlu
dipertimbangkan dalam kerangka jk panjang.
Kelemahan Etika Utilitarianisme
• Manfaat merupakan konsep yang begitu luas
sehingga dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yamg tidak sedikit.
• Tidak pernah menganggap serius nilai suatu
tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan
sejauh berkaitan dengan akibatnya.
•
Tidak pernah menganggap serius kemauan baik
seseorang
•
Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat
dikualifikasi.
• Seandainya ketiga kriteria dari etika
utilitarisme saling bertentangan, maka akan ada kesulitan dalam menentukan
prioritas di antara ketiganya.
Jalan Keluar
Tanpa
ingin memasuki secara lebih mendalam persoalan ini, ada baiknya kita secara
khusus mencari beberapa jalan keluar
yang mungkin berguna bagi bisnis dalam menggunakan etika utilitarianisme yang
memang punya daya tarik istimewa ini. Yang perlu diakui adalah bahwa tidak
mungkin mungkin kita memuaskan semua pihak secara sama dengan tingkat manfaat
yang sama isi dan bobotnya. Hanya saja, yang
pertama-tama harus dipegang adalah bahwa kepentingan dan hak semua orang
harus diperhatikan, dihormati, dan diperhitungkan secara sama. Namun, karena
kenyataan bahwa kita tidak bisa memuaskan semua pihak secara sama dengan
tingkat manfaat yang sama isi dan bobotnya, dalam situasi tertentu kita memang
terpaksa harus memilih di antara alternative yang tidak sempurna itu. Dalam hal
ini, etika utilitarianisme telah menberi kita criteria paling objektif dan
rasional untuk memilih diantara berbagai alternative yang kita hadapi, kendati
mungkin bukan paling sempurna.
Karena
itu, dalam situasi di mana kita terpaksa mengambil kebijaksanaan dan tindakan
berdasarkan etika utilitarianisme, yang mengandung beberapa kesulitan dan
kelemahhan tersebut di atas, beberapa hal ini kiranya perlu diperhatikan.
a)
Dalam banyak hal kita perlu menggunakan perasaan
atau intuisi moral kita untuk mempertimbangkan secara jujur apakah tindakan
yang kita ambil itu, yang memenuhi criteria etika utilitarianisme diatas,
memang manusiawi atau tidak.
b)
Dalam kasus konkret di mana kebijaksanaan atau
tindakan bisnis tertentu yang dalam jangka panjang tidak hanya menguntungkan
perusahaan tetapi juga banyak pihak terkait, termasuk secara moral, tetapi
ternyata ada pihak tertentu yang terpaksa dikorbankan atau dirugikan secara tak
terelakkan, kiranya pendekatan dan komunikasi pribadi akan merupakan sebuah
langkah yang punya nilai moral tersendiri.
Sumber
:
•
http://liasetianingsih.wordpress.com/2011/11/23/etika-bisnis-vi-etika-utilitarianisme-dalam-bisnis/
Langganan:
Postingan (Atom)