Kamis, 18 Desember 2014

CONTOH KASUS ETIKA TELEOLOGI

Contoh kasus dari etika teleologi :

1.                   Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang sedang sakit. Tindakan ini baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hukum tindakan ini melanggar hukum sehingga etika teleologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu.

2.                   PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi, monopoli di PT. PLN terbentuk secara tidak langsung dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN dinilai etis bila ditinjau dari teori etika teleologi.

3.                   Febri merupakan seorang yang berasal dari golongan sangat mampu. Febri mempunyai teman bernama Asep. Asep seorang anak pertama dan berasal dari keluarga tidak mampu, pekerjaan orang tuanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan perut. Belum lagi saudara Asep banyak berjumlah 8 saudara. Walaupun begitu Asep mempunyai cita-cita tinggi yaitu ingin melanjutkan kuliah di perguruan tinggi ternama di luar negeri. Tetapi sayang, cita-citanya mesti terhalang oleh tingginya biaya yang mesti dikeluarkan. Febri tau hal ini dan ingin memberikan bantuan pada Asep. Tetapi Febri sadar keinginan tersebut terhalang oleh orang tuanya yang tidak bersedia meminjamkan karena keluarganya walaupun sangat mampu tapi sangat pelit. Alhasil, Febri berbohong pada orang tuanya dengan alasan yang Febri buat. Akhirnya Febri diberikan uang. Lalu ia memberi uang tersebut kepada Asep. Asep sangat berterimakasih karena berkat bantuan yang diberikan cita-cita Asep dapat tercapai. Berbohong merupakan perbuatan yang buruk. Tetapi, akibatnya adalah kebaikan, kenapa dikatakan sebagai kebaikan karena berbohong untuk membantu orang yang tidak mampu.

Contoh kasus egoism :
a.       (mungkin masih ada) para petinggi politik yang saling berebut kursi “kekuasaan” dengan melakukan berbagai cara yang bertujuan bahwa dia harus mendapatkannya.

b.      kewajiban untuk menepati janji.

Contoh kasus utilitarainisme :
a.       melakukan kerja bakti yang di adakan di lingkungan sekitar, sebagai upaya untuk kebersihan lingkungan dan membuat tempat tersebut juga jadi nyaman dan sehat untuk masyarakatnya.

b.      Tindakan PT. PLN bila ditinjau dari teori etika utilitarianisme dinilai tidak etis, karena mereka melakukan monopoli. Sehingga kebutuhan masyarakat akan listrik sangat bergantung pada PT. PLN

ETIKA TELEOLOGI

Etika teleologi yaitu etika yang mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibatnya yang ditimbulkan atas tindakan yang dilakukan. Suatu tindakan dinilai baik, jika bertujuan mencapai sesuatu yang baik,atau akibat yang ditimbulkannya baik dan bermanfaat. Misalnya : mencuri sebagai etika teleology tidak dinilai baik atau buruk. berdasarkan tindakan itu sendiri, melainkan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu. Jika tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik. Contoh seorang anak mencuri untuk membiayai berobat ibunya yang sedang sakit, tindakan ini baik untuk moral kemanusian tetapi dari aspek hukum jelas tindakan ini melanggar hukum. Sehingga etika teologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu. Karena itu setiap norma dan kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam situasi sebagaimana dimaksudkan.

Menurut Kant, setiap norma dan dan kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam setiap situasi. Jadi, sejalan dengan pendapat Kant, etika teleologi lebih bersifat situasional karena tujuan dan akibat suatu tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu. Berdasarkan pembahasan etika teleologi ini muncul aliran-aliran teleologi, yaitu egoisme dan utilitarianisme.

Egosime
Egoisme adalah pandangan bahwa tindakan setiap orang bertujuan untuk mengejar kepentingan atau memajukan dirinya sendiri. Egoisme bisa menjadi persoalan serius ketika secara signifikan berhubungan dengan hedonism, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi semata-mata hanya kenikmatan fisik yang bersifat vulgar. Artinya, yang baik secara moral disamakan begitu saja dengan kesenangan dan kenikmatan.

Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah penilaian suatu perbuatan berdasarkan baik dan buruknya tindakan atau kegiatan yang bertumpu pada tujuan atau akibat dari tindakan itu sendiri bagi kepentingan orang banyak. Utilitarianisme bahkan bisa membenarkan suatu tindakan yang secara deontologis tidak etis sebagai tindakan yang baik dan etis, yaitu ketika ternyata tujuan atau akibat dari tindakan itu bermanfaat bagi bayak orang. Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral.

Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Contoh : kewajiban untuk menepati janji

sumber :
http://bembyagus.blogspot.com/2012/04/teori-teori-etika-bisnis-etika.html
http://narara.wordpress.com/2011/11/29/pengertian-teoleologi-dan-deontologi/

Minggu, 26 Oktober 2014

ARTIKEL EKONOMI & BISNIS

Begini Penilaian Menteri Kelautan dan Perikanan Soal Perikanan RI
27 Okt 2014 10:33







Susi Pudjiastuti (kiri) saat Berbicara di Kampus UGM (foto: UGM.ac.id)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT ASI Pudjiastuti Aviaton, Susi Pudjiastuti  menyatakan berani mengemban tugas sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Hal itu karena melihat kondisi perikanan tanah air yang mengkhawatirkan. Bahkan pihaknya mengatakan kondisi tersebut ironis mengingat besarnya potensi sumber daya Indonesia.

"Seperti tikus mati di lumbung padi, 70 persen kita laut. Tapi ekspor Indonesia di bawah Taiwan," kata dia di Jakarta, seperti ditulis Senin (27/10/2014).

Oleh karena itu, pihaknya menyatakan akan berupaya keras membenahi kondisi ini. Dia optimistis bermodalkan pengalaman panjang selama 33 tahun di dunia perikanan dan penerbangan mampu membawa arah kelautan dan perikanan RI jauh lebih baik.

Dia menambahkan, jaringan  kuat yang telah dia bangun selama ini dan pengalaman yang dimilikinya diharapkan menjadi modal menduduki posisi menteri.

"Dengan bisnis penerbangan yang saya bangun, network yang besar, saya tahu banyak hal. Saya blended,  persiapan akan berguna untuk pekerjaan saya," tutur Susi Pudjiastuti.
Namun begitu, dia memaparkan belum bisa menentukan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan ke depannya. Ia menuturkan, hal itu menunggu rapat kabinet bersama Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat.

"Kita bekerja secara tim di kabinet. Saya jawab besok setelah meeting dengan presiden. Dapat arahan program kita fokuskan apa dulu," tandas dia. (Amd/Ahm)

SUMBER :
http://bisnis.liputan6.com/read/2124884/begini-penilaian-menteri-kelautan-dan-perikanan-soal-perikanan-ri

ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS

Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme

Aliran utilitarianisme ini berakar pada ajaran tentang kegunaan atau utility, yang menyatakan, bahwa : baik atau buruk sebuah tindakan diukur dari apakah tindakan itu menghasilkan tingkat kesenangan atau kebahagian yang terbanyak, dengan pengorbanan yang paling sedikit.
Istilah utilitarianisme sebagai suatu nama aliran yang berasal dari kata latin utilis yang berarti berguna. Aliran utilitarianisme ini terbagi antara lain aliran act utilitarianism serta rule utilirianism yang sering diterjemahkan sebagai ‘Utilitarianisme tindakan” dan ‘Utilitarianisme peraturan’
Prinsip- prinsip aliran utilitarianisme, menurut Jeremy Bentham (1748-1832) didasarkan kepada dua prinsip, yaitu :
-       asosiasi (association principle) serta
-       kebahagiaan terbesar (greatest happiness principle).
Bagi Bentham, prinsip kebahagiaan terbesar secara singkat terjadi jika :
“An action is right from an ethnical point of view if and only if the sum total of utilities produced by the act is greater than tha sum of total utilities produced by nay other act the agent could have performed in its place”.
Apa-apa “yang baik” merupakan kesenangan buruk” adalah rasa sakit. Tindakan “yang baik” secara etika mengacu pada kebijakan dan kebahagiaan, sedangkan “yang menghasilkan kebahagiaan terbesar.
Bentham berkeinginan untuk mencari kesamaan mendasar guna mampu memberikan landasan objektif atas semua norma yang berlaku secara umum serta yang daopat dietrima oleh masyarakat luas. Caranya ialah dengan menimbang segi-segi manfaat dibandingkan dengan kerugian setiap tindakan.
Tokoh lain dari aliran utulitarianesme adalah John Stuart Mill (1806-1973), seorang pengikut sekaligus pewaris yang meneruskan pemikiran Bentham. Tema sentral dari pemikiran Mill ialah, bahwa tugas utama seseorang adalah untuk tidak menimbulkan derita bagi sesama manusia.
Mill menyatakan, bahwa akumulasi asset perlu diikuti oleh distribusi asset pula demi kebaikan masyarakat. Jika diperlukan, distribusi asset dapat dipaksakan oleh masyarakat melalui penggunaan pajak, atau penyitaan asset sekalipun. Hanya Mill tidak menerangkan hubungan antara distribusi dengan produksi, khususnya alat-alat produksi, yang kemudian dikembangkan oleh Karl Marx. Terlepas dari kekurangan ataupun kekeliruannya, Mill merupakan pemikir yang secara tegas meghubungkan (dalam Principles) utilitarianisme.
Apabila aliran utilitarianisme hedonis menitikberatkan ajaran mereka pada kesenangan dan kebahagian perorangan sebagai tolak ukur, maka aliran utilitarianesme Bentham, Mill dan kemudian Henry Sidgwick (1838-1900), menggeluti pemikiran mereka tentang Kebahagian individu?. Mereka berpendapat bahwa merupakan tugas individu, atau perorangan, untuk meningkatkan kebahagian masyarakat secara universal, bukan hanya kebahagian perorangan saja.
Prinsip utilitarianisme pun dapat menjelaskan mengapa perbuatan seperti membunuh, berdusta, selingkuh dianggap secara moral adalah salah, sedang beberapa tindakan lain seperti berterus-terang, kesetiaan, tepat janji merupakan hal-hal yang benar. Jika orang berdusta ia merugikan masyarakat karena menebarkan rasa saling tidak percaya diantara masyarakat sedangkan jika ia berbuat benar maka terciptalah iklim saling percaya, saling membantu yang mampu memperbaiki kualitas hidup manusia dalam sebuah masyarakat yang tertib serta rapih.
Utilitarianisme sangat berperan dalam Ilmu ekonomi dan bisnis, sejak awal abad ke XIX, banyak pakar ekonomi berpendapat perilaku ekonomi dapat dijelaskan melalui asumsi, bahwa manusia senantiasa berusaha untuk memaksimalkan manfaat dirinya sendiri maupun kinerjanya, sedangkan nilai manfaat diukur dari harga yang diperoleh.
Prinsip Utilitarianisme juga sangat cocok dengan konsep yang sering terjadi dalam tujuan bisnis yaitu efisiensi. Efisiensi terjadi jika maksimalisasi produksi dapat dicapai lewat pemanfaatan sumber daya yang ada tanpa memerlukan penambahan asset apapun. Kegiatan dinilai efisien apabila hasilnya sesuai dengan yang telah direncanakan dengan mengunakan sumber daya yang ada seminimal mungkin. Dengan menggunakan semboyan kelompok utilitarianisme, efisiensi merupakan hasil berupa manfaat (benefit) yang sebesar-besarnya dengan menggunakan cost yang serendah-rendahannya, seperti yang dijabarkan oleh ilmu ekonomi secara umum.

Nilai Positif Etika Utilitarianisme

Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah asas yang menyuruh setiap orang untuk melakukan apa yang menghasilkan kebahagiaan atau kenikmatan terbesar yang diinginkan oleh semua orang untuk sebanyak mungkin orang atau untuk masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu, menurut pandangan utilitarian, tujuan akhir manusia, mestilah juga merupakan ukuran moralitas. Dari sini, muncul ungkapan ‘tujuan menghalalkan cara’. Nilai Positif Etika Utilitarianisme antara lain :
    Pertama, Rasionalitas. Prinsip moral yang diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturan-aturan kaku yang tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika utilitarianisme memberikan kriteria yang objektif dan rasional.
        Kedua, Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral.Tidak ada paksaan bahwa orang harus bertindak dengan cara tertentu yang tidak diketahui alasannya.
        Ketiga, Universalitas. Mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu tindakan dinilai bermoral apabila tindakan tersebut memberi manfaat terbesar bagi banyak orang.
2.       Utilitarianisme Sebagai Proses dan standar Penilaian
1.       sebuah penilaian mengenai kesejahteraan manusia, atau utiliti, dan
2.  sebuah petunjuk untuk memaksimalkan kesejahteraan (utiliti), yang didefinisikan sebagai, memberikan bobot yang sama pada kesejahteraan orang per-orang.

Analisa keuntungan dan kerugian

Utilitarianisme mengatakan bahwa tindakan yang benar adalah yang memaksimalkan utiliti, yaitu memuaskan preferensi yang berpengetahuan sebanyak mungkin.
Dalam pandangan kaum utilitarian-aturan, perilaku tak adil dalam mendeskriminasi kelompok-kelompok minoritas menyebabkan meningkatnya ketakutan pihak lain dengan mengalami aturan yang mengijinkan diskriminasi.
Keuntungan dan kerugian, cost and benefits, yang dianalisis tidak dipusatkan pada keuntungan dan kerugian perusahaan. Analisis keuntungan dan kerugian tidak ditempatkan dalam kerangka uang dan untuk jangka panjang.

Langkah konkret yang perlu diambil dalam membuat kebijaksanaan bisnis , berkaitan dengan Analisis keuntungan dan kerugian :

      Mengumpulkan dan mempertimbangkan alternatif kebijaksanaan dan kegiatan bisnis sebanyak-banyaknya.
        Seluruh alternatif pilihan dalam analisis keuntungan dan kerugian, dinilai berdasarkan keuntungan yg menyangkut aspek-aspek moral.
      Analisis Neraca keuntungan dan kerugian perlu dipertimbangkan dalam kerangka jk panjang.

Kelemahan Etika Utilitarianisme

     Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yamg tidak sedikit.
     Tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
        Tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang
        Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
     Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme saling bertentangan, maka akan ada kesulitan dalam menentukan prioritas di antara ketiganya.

Jalan Keluar

Tanpa ingin memasuki secara lebih mendalam persoalan ini, ada baiknya kita secara khusus mencari  beberapa jalan keluar yang mungkin berguna bagi bisnis dalam menggunakan etika utilitarianisme yang memang punya daya tarik istimewa ini. Yang perlu diakui adalah bahwa tidak mungkin mungkin kita memuaskan semua pihak secara sama dengan tingkat manfaat yang sama isi dan bobotnya. Hanya saja, yang  pertama-tama harus dipegang adalah bahwa kepentingan dan hak semua orang harus diperhatikan, dihormati, dan diperhitungkan secara sama. Namun, karena kenyataan bahwa kita tidak bisa memuaskan semua pihak secara sama dengan tingkat manfaat yang sama isi dan bobotnya, dalam situasi tertentu kita memang terpaksa harus memilih di antara alternative yang tidak sempurna itu. Dalam hal ini, etika utilitarianisme telah menberi kita criteria paling objektif dan rasional untuk memilih diantara berbagai alternative yang kita hadapi, kendati mungkin bukan paling sempurna.

Karena itu, dalam situasi di mana kita terpaksa mengambil kebijaksanaan dan tindakan berdasarkan etika utilitarianisme, yang mengandung beberapa kesulitan dan kelemahhan tersebut di atas, beberapa hal ini kiranya perlu diperhatikan.

a)        Dalam banyak hal kita perlu menggunakan perasaan atau intuisi moral kita untuk mempertimbangkan secara jujur apakah tindakan yang kita ambil itu, yang memenuhi criteria etika utilitarianisme diatas, memang manusiawi atau tidak.

b)         Dalam kasus konkret di mana kebijaksanaan atau tindakan bisnis tertentu yang dalam jangka panjang tidak hanya menguntungkan perusahaan tetapi juga banyak pihak terkait, termasuk secara moral, tetapi ternyata ada pihak tertentu yang terpaksa dikorbankan atau dirugikan secara tak terelakkan, kiranya pendekatan dan komunikasi pribadi akan merupakan sebuah langkah yang punya nilai moral tersendiri.

Sumber :

Jumat, 20 Juni 2014

Resensi Buku



HUJAN SAFIR

1. Identitas Buku

Judul Buku      : Hujan Safir
Penulis             : Meyda Sefira
Penerbit           : MCM Publishing
Tahun Terbit    : Februari, 2014
Tebal Buku      : xx + 188 halaman
Harga buku     :  Rp. 79.000,-

2. Kepengarangan

Meyda Safira, lahir di Bandung pada 20 Mei 1988. Annak ketiga dari lima bersaudara.Mey, sapaan akrab Meyda Safira adalah Sarjana Teknik Lingkungan di ITENAS Bandung. Ia tercatat sebagai mahasiswa terbaik dan berprestasi di kampusnya. Mey saati ini dikenal sebagai aktris muslimah. Ia membintangi film Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mihrab Cinta, Cinta Suci Zahrana, dan lain - lain. Selain menjadi aktris ia juga menjadi asisten dosen di almamaternya di ITENAS Bandung sampai sekarang.

3. Sinopsis

"Hujan Safir", merupakan rekaman peristiwqa hidup. Sebuah diary peristiwa tawa, bahagia, dan air mata. Sebuah perjalanan seorang Meyda Sefira menemukan cahaya. Meyda, bertutur dengan bijak dalam buku ini: masa kecilnya yang unik, prestasinya yang melesat karena cibiran, perjuangannya mencari pekerjaan di siang terik, wisata spiritualnya menjadi sosok Muslimah yang 'berani' mengenakan jilbab, hingga ia dikenal luas sebagai Aktris Muslimah setelah memerankan Ayatul Husna dalam Megafilm Ketika Cinta Bertasbih. Semua itu diungkap dalam buku ini.

4. Kekurangan dan Kelebihan Buku

Buku ini juga mempunyai beberapa kekurangan yang kebanyakan terletak pada sisi kepenulisan. Terdapat banyak kata yang berulang dalam satu kalimat. Penulisan yang salah. Dan beberapa kalimat yang kata-katanya kurang memahamkan. Namun dibalik semua itu buku ini sangat menginspirasi. Sungguh layak untuk dibaca terutama kalangan muslimah.

Sabtu, 07 Juni 2014

Pengertian Laporan Ilmiah dan Sistematika Laporan Ilmiah


Laporan ilmiah ialah karya tulis ilmiah yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang berhubungan secara struktural atau kedinasan setelah melaksanakan tugas yang diberikan. Laporan ilmiah dibuat sebagai bukti pertanggungjawaban bawahan/petugas atau tim/panitia kepada atasannya atas pelaksanaan tugas yang diberikan. Laporan ilmiah harus memuat data yang tepat dan benar serta objektif dan sistematis sehingga dapat dijadikan ukuran untuk membuat pertimbangan dan keputusan. Berdasarkan sifat penyajiannya, laporan dibedakan menjadi laporan formal dan laporan informal.

Bagaimana Sistematika Laporan Ilmiah? Laporan ilmiah dapat berbentuk naskah atau buku karena berisi halhal yang terperinci berkaitan dengan data-data yang akurat dan lengkap. Laporan ilmiah atau laporan formal terdiri atas :

Bagian awal, terdiri atas :

Halaman judul: judul, maksud, tujuan penulisan, identitas penulis, instansi asal, kota penyusunan, dan tahun
Halaman pengesahan (jika perlu)
Halaman motto/semboyan (jika perlu)
Halaman persembahan (jika perlu)
Prakata;
Daftar isi;
Daftar tabel (jika ada)
Daftar grafik (jika ada)
Daftar gambar (jika ada)
Abstak : uraian singkat tentang isi laporan

Bagian Isi, terdiri atas:

Bab I Pendahuluan berisi tentang: Latar belakang, Identitas masalah, Pembatasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan manfaat
Bab II : Kajian Pustaka
Bab III : Metode
Bab IV : Pembahasan
Bab V : Penutup

Bagian Akhir, terdiri atas

Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
Indeks : Daftar istilah

sumber :
pengertian para ahli, 2013, "Pengertian Laporan Ilmiah dan Sistematika Laporan Ilmiah", http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-laporan-ilmiah-dan.html

Sabtu, 03 Mei 2014

Ingin Rombak Chelsea, Mourinho Incar 5 Pemain

Oleh: Reza Adi Surya
Bola - Jumat, 2 Mei 2014 | 14:16 WIB

INILAHCOM, London - Pelatih Chelsea, Jose Mourinho, sudah tak sabar menatap musim depan. The Special One siap merombak skuad asuhannya.

Setelah gagal menjuarai Liga Champions, Chelsea hampir dipastikan gagal meraih satu pun trofi musim ini. Memang masih ada Liga Primer Inggris, tapi peluangnya sangat kecil.


Diberitakan Daily Mail, Mourinho akan segera bertemu dengan pemilik klub, Roman Abramovich, untuk membicarakan soal transfer pemain musim depan. Mantan pelatih Real Madrid itu ingin membenahi tiga sektor, bek kiri, gelandang tengah dan penyerang.


Meski memiliki dua penyerang top, Fernando Torres dan Samuel Eto'o, lini depan Chelsea jauh dari kata memuaskan. Untuk mengatasi permasalahan di juru gedor, Mourinho membidik Edinson Cavani (PSG) dan Diego Costa (Atletico Madrid). Sebagai alternatif, nama penyerang Bayern Munchen, Mario Mandzukic, juga masuk incaran.


Frank Lampard tak lagi muda. Untuk itu, Mourinho sudah menyiapkan pemain pengganti, yakni gelandang Tottenham Hotspur, Paulinho, dan pemain muda yang disebut sebagai 'The Next Mesut Ozil', Hakan Calhanoglu.


Posisi bek kiri juga menjadi prioritas. Apalagi kontrak Ashley Cole akan habis musim ini. Besar kemungkinan mantan pemain Arsenal itu akan dilepas. Sebagai pengganti, bek muda Southampton, Luke Shaw, dipersiapkan Mourinho.


Dari semua bidikan Mourinho, nama Diego Costa yang paling santer diberitakan akan bergabung musim depan. The Blues menyiapkan dana 32 juta Poundsterling (622 miliar Rupiah) untuk pemain berdarah Brasil tersebut.


sumber : 
http://bola.inilah.com/read/detail/2097088/ingin-rombak-chelsea-mourinho-incar-5-pemain#.U2XUfYGSzF9

saya akan memberikan opini tentang artikel diatas. menurut saya perombakan tim chelsea untuk musim depan sangat diperlukan terutama di posisi striker. striker - striker chelsea kurang tajam dan sudah mulai termakan usia. untuk itu pembelian Diego Costa atau Cavani maupun Mandzukic itu merupakan jurus jitu untuk memperbaiki pos penyerangan. namun untuk para kandidat saya lebih memilih Edinson Cavani untuk diboyong ke Stamford Bridge. Karena striker tersebut sudah teruji ketajamannya di liga Italia maupun di liga Prancis. Walaupun performanya menurun di PSG tetapi naluri ketajamannya masih tangguh. Namun  karena harga yang diminta PSG sangatlah besar jadi solusinya adalah membeli Diego Costa. namun kandidat lain, yaitu Mari Mandzukic menurut saya itu kurang tepat. Karena menurut saya Mandzukic bukanlah tipe striker yang mempunyai naluri mencetak gol tinggi. 


untuk posisi gelandang mungkin menurut saya Chelsea harus memperhatikan pos pos yang ditinggal dan akan ditinggal oleh punggawanya. kita bisa lihat setelah peninggalannya Juan Mata ke Manchester United praktis posisi playmaker Chelsea saat ini kosong. hanya Oscar dan Willian penggantinya. Menurut saya posisi playmaker ini sangat dibutuhkan mengingat pengganti Juan Mata pada pos ini belum sepenuhnya tergantikan. Oscar yang digadang - gadang akan menggantikan posisi Juan Mata nyatanya performanya kurang stabil dan cenderung menurun. Sedangkan Willian bukan sepenuhnya pemain playmaker, sejatinya Willian merupakan winger. Jadi untuk pembelian Hakan Calhanoglu itu sangatlah tepat. mengingat Hakan "The Next Mesut Oezil" ini merupakan pemain yang bertipikal playmaker yang mempunyai visi bermain yang serupa dengan Juan Mata. 


Sedangakan untuk posisi bek kiri itu harus mulai dirombak. karena pemain Chelsea pada posisi ini sudah memperhatikan. Kita bisa lihat Ashley Cole yang sudah termakan usia serta Ryan Bertrand yang kurang berkembang sehingga Ia dipinjamkan ke West Ham United. Kandidat kandidat pemain yang diincar Chelsea pada posisi ini sangatlah baik. Luke Shaw merupakan pemain muda asli Inggris yang sangat baik. Sedangkan Filipe Luis ini tidak diragukan lagi ketangguhannya menjaga barisan pertahanan kiri Atletico Madrid yang sangat kuat. Jadi untuk posisi ini Chelsea mempunyai kandidat pemain yang sama baiknya dengan punggawa terdahulunya.


Kamis, 01 Mei 2014

CONTOH PROPOSAL KEGIATAN

. PENDAHULUAN

Dengan semakin dekatnya pemilihan umum presiden Indonesia untuk periode 2014 – 2019 pada tahun 2014 maka kami selaku BEM FE akan mengadakan seminar tentang Pemilihan Umum 2014 yang bernama ”Seminar PEMILU 2014, JANGAN GOLPUT!!!”

Seminar ini merupakan momentum yang sangat penting dan penuh makna dalam rangka pembekalan pengetahuan tentang para calon presiden dan wakil presiden. Serta untuk memberikan pengertian makna PEMILU dan GOLPUT.

II. MAKSUD dan TUJUAN

1. Mengembangkan wawasan dan pengetahuan para calon presiden dan wakil presiden.

2. Memberikan pengertian makna pemilihan umum dan tata caranya.

3. Mengajak para mahasiswa untuk memberikan suaranya pada pemilu dan tidak golput.

III. KEGIATAN

1. Nama dan Tema Kegiatan
Nama kegiatan adalah ”Seminar PEMILU 2014, JANGAN GOLPUT!!!”

2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu diselenggarakannya seluruh kegiatan pada :
Tanggal : 23 Mei 2014
Waktu  : 08.00 s/d 12.00
Tempat : Kampus J1 Universitas Gunadarma Ruang sinema

IV. SUSUNAN PANITIA

Penanggung Jawab Kegiatan : Edward Fajar Ramdhani
Ketua Pelaksana   : Ikhwan Fauzi
Bendahara    : Raline
Sekretaris    : Adib Risqullah
Kord Acara    : Johnny
       Dinda
Kord Perlengkapan   : Rendi Muhammad
  Dino
Kord Konsumsi   : Samantha
  Robby
  
V. ANGGARAN BIAYA

1. Perkiraan Biaya Kegiatan

Sewa Ruangan     = Rp.     500.000
Bintang Tamu      = Rp.  5.000.000
Akomodasi Bintang Tamu    = Rp   1.500.000
Konsumsi (Peserta + Panitia + Bintang Tamu) = Rp   2.000.000
Kesekretariaan     = Rp.      500.000
Biaya Tak Terduga     = Rp.   1.000.000
Jumlah      = Rp. 10.500.000

2. Perkiraan Sumber Pendanaan

Mahasiswa perorang Rp. 20.000 X 100   = Rp.    2.000.000
Sponsor      = Rp.    5.000.000
Jumlah      = Rp.    7.000.000
Defisit       = Rp.    3.000.000


VI. PENUTUP

Demikianlah Proposal ini kami sampaikan, bantuan baik moril maupun materil sangat kami harapkan demi suksesnya kegiatan yang telah kami presentasikan tersebut. Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses persiapan maupun dalam proses penyelenggaraan nanti.

Bekasi, 29 April 2014
Panitia ”Seminar PEMILU 2014, JANGAN GOLPUT!!!”
BEM FE UNIVERSITAS GUNADARMA


Penanggung Jawab Kegiatan          Ketua Pelakasana



   (Edward Fajar Ramdhani)                                                            (Ikhwan Fauzi)

TEORI TENTANG PROPOSAL

Proposal adalah usulan rencana kegiatan. Kata proposal berasal dari bahasa Inggris to propose yang artinya mengajukan. Dengan demikian pengertian proposal memiliki arti sederhana sebagai suatu bentuk pengajuan atau permohonan, penawaran baik berupa ide, gagasan, pemikiran, maupun rencana kepada pihak lain untuk mendapatkan dukungan ijin, persetujuan, dana, dan lain sebagainya (Hariwijaya, 2005:12-13). Sebagai bentuk pengajuan, proposal bernilai penting dan strategis karena merupakan awal yang menentukan keberhasilan suatu rencana program (usaha atau kegiatan). Karenanya, banyak orang atau lembaga menjadikan proposal sebagai "senjata ampuh" untuk menunjukkan apa saja ide, rencana kegiatan (usaha), dan program yang ditawarkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Proposal memiliki fungsi yang sangat penting bagi perseorangan atau lembaga yang akan melakukan usaha, program, atau kegiatan. Fungsi dari proposal adalah sebagai berikut:

  1. Fungsi proposal untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan agama, sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya.
  2. Fungsi proposal untuk mendirikan usaha kecil, menengah, atau besar.
  3. Fungsi proposal untuk mengajukan tender dari lembaga-lembaga pemerintah atau swasta.
  4. Fungsi proposal untuk mengajukan kredit kepada bank.
  5. Fungsi proposal untuk mengadakan acara seminar, diskusi, pelatihan, dan sebagainya.

Ada banyak jenis proposal yang berkaitan dengan aktifitas manusia dikehidupan ini. Secara umum, berikut ini beberapa jenis proposal yang biasa dibuat dan diajukan banyak orang:

1. Proposal bisnis, contohnya proposal pendirian usaha.
2. Proposal proyek, contohnya proposal pengajuan dana kepada lembaga donor.
3. Proposal penelitian, contohnya proposal skripsi, tesis, dan disertasi.
4. Proposal kegiatan, contohnya proposal kegiatan seminar, pelatihan, dan lomba

Manfaat Proposal:

  1. Menjadi rencana yang mengarahkan panitia dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
  2. Menjelaskan secara tidak langsung kepada pihak-pihak yang ingin mengetahui kegiatan tersebut.
  3. Untuk meyakinkan para donatur/ sponsor agar mereka memberikan dukungan material maupun finansial dalam mewujudkan kegiatan yang telah direncanakan.
Ciri-Ciri Proposal:

  1. Proposal dibuat untuk meringkas kegiatan yang akan dilakukan
  2. Sebagai pemberitahuan pertama suatu kegiatan
  3. Berisikan tujuan-tujuan, latar belakang acara
  4. Pastinya proposal itu berupa lembaran-lembaran pemberitahuan yang telah di jilid yang nantinya diserahkan kepada si empunya acara
  5. dan lain-lain yang sulit untuk dijelaskan (dicari).
Daftar Pustaka :



Verani Rosita, “Manfaat dan Ciri-ciri Proposal” dalam http://veblue.blogspot.com/2010/05/manfaat-dan-ciri-ciri-proposal.html

TEORI TENTANG PERBEDAAN KARANGAN

KARANGAN ILMIAH

Defenisi Menurut beberapa ahli karangan ilmiah yaitu :

Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodolog penulisan yang baik dan benar.
Drs.Totok Djuroto dan Dr. Bambang Supriyadi dijelaskan bahwa karya ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya.
Menurut Hery Firman, karya ilmiah adalah laporan tertulis dan di publikasikan dipaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karya ilmiah adalah hasil penelitian atau pengkajian dari serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang atau sebuah tim yang sistematis berdasarkan pada metode ilmiah, etika keilmuan, memenuhi kaidah dan menurut metodolog penulisan yang baik dan benar agar mendapatkan kawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang ada.

Adapun didalam karya ilmiah ada beberapa macam dari karya ilmiah tersebut, seperti :
Makalah ( dalam seminar atau symposium ) yaitu suatu karya ilmiah yang membahas suatu pokok permasalahan yang digunakan sebagai hasil penelitian yang disampaikan secara ilmiah ( seminar ).
Artikel yaitu suatu karya tulis atau karangan yang dimuat dalam media massa, karangan yang bertujuan untuk meyakinkan,membahas isu – isu tertentu, mendidik, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat.
Skripsi ( tugas akhir ) yaitu karya ilmiah yang ditulis berdasarkan suatu hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dapat dipertahankan di depan sidang ujian dalam rangka penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana.
Tesis yaitu karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister dan mencoba membahas mengungkapkan persoalan ilmiah secara kristis.
Disertasi yaitu karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.).
Dalam membuat suatu karya ilmiah ada 4 ciri – ciri yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu :

a. Struktur sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal yaitu pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

b. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

c. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

d. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Apapun jenis karya ilmiah yang ditulis oleh ilmuwan atau penulis lainnya tetap mempunyai manfaat yang berarti bagi pembaca. Manfaat dari karya ilmiah yaitu :
Melatih berpikir tertib dan teratur karena menulis ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang sudah ditentukan prosedur tertentu, metode dan teknik, aturan / kaidah standar, disajikan teratur, runtun dan tertib.
Menulis ilmiah memerlukan literatur, buku-buku ilmiah, kamus, ensiklopedia yang disusun tertib.
Pada hakikatnya sebuah karangan ilmiah yaitu laporan tentang suatu kebenaran yang diperoleh dari hasil suatu penelitian.
Dalam karya ilmiah ada organ yang disebut bab pembahasan yang berfungsi menganalisis, memecahkan dan menjawab setiap permasalahan sampai tuntas hingga ditemukan sebuah jawaban.
Karena didalam karya ilmiah ada organ yang disebut bab landasan teori atau kerangka teoritis yang berfungsi memaparkan teori – teori para ahli serta mengomentari atau mengkritiknya untuk memperkuat argumen penulis.
Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus jelas atau harus bermakna tunggal tidak boleh ambigu), penempatan gatra ( unsure fungsional dalam kalimat harus lengkap dan tepat) dan diksi atau pilihan kata harus tepat.


KARANGAN NON ILMIAH

Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).

Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah :
1. ditulis berdasarkan fakta pribadi,
2. fakta yang disimpulkan subyektif,
3. gaya bahasa konotatif dan populer,
4. tidak memuat hipotesis,
5. penyajian dibarengi dengan sejarah,
6. bersifat imajinatif,
7. situasi didramatisir,
8. bersifat persuasif.
9. tanpa dukungan bukti

Karya non ilmiah bersifat:

Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
Kritik tanpa dukungan bukti.

Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman.


PERBEDAAN KARANGAN ILMIAH DAN KARANGAN NON ILMIAH

Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek :

Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.

Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah.

Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel,  feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.

Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.

Daftar Pustaka :
Rosyidah Desi.2013. “perbedaan karangan” dalam http://dhesi-dhesi.blogspot.com/2013/03/perbedaan-karangan.html
"Karya Ilmiah dan Non Ilmiah" dalam http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/07/karya-ilmiah-dan-non-ilmiah.html

Senin, 24 Maret 2014

Teori - Teori Yang Berhubungan Dengan Materi Ilmiah dan Sikap Ilmiah

Metode ilmiah adalah metode yang tersusun atas langkah-langkah yang sistematis yang digunakan untuk memecahkan masalah. Atau dalam Wikipedia Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
1. Karakterisasi (pengamatan dan pengukuran)
2. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
3. Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
4. Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)

Langkah-langkah metode ilmiah yang umum dilakukan adalah sebagai berikut ini:
  •  Menentukan dan merumuskan masalah: Langkah ini meliputi menentukan dan merumuskan hal-hal apa saja yang perlu diselidiki dan dipelajari untuk memperoleh jawaban. Dalam merumuskan masalah, kita perlu membuat daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan biasanya diawali dengan kata tanya apa, mengapa, siapa, bagaimana, dan di mana. Contoh: mengapa tanaman tumbuh ke arah sinar matahari?
  •  Mengumpulkan data: Mengamati dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang diselidiki. Contoh: tanaman dalam pot tumbuh ke arah jendela.
  • Membuat hipotesis: Membuat dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang diselidiki. Contoh: pertumbuhan tanaman dipengaruhi cahaya.
  • Melakukan eksperimen (percobaan): Percobaan dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis. Biasanya, percobaan dilakukan berulang kali sehingga dapat ditarik kesimpulan yang baik dan benar. Contoh: sepuluh tanaman diberi perlakuan penyinaran di salah satu sisi tan am an tersebut.
  • Menarik kesimpulan: Setelah dilakukan beberapa percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh cahaya.
Sedangkan tahap-tahap yang dilakukan untuk metode ilmiah adalah:
a.    Mengadakan penelitian lalu merumuskan masalah
b.    Mengumpulkan data-data yang ada
c.    Menyusun hipotesis
d.    Melakukan percobaan
e.    Menarik sebuah kesimpulan
f.    Menguji kesimpulan.

Manfaat yang didapat dari metode ilmiah adalah:
a.    Untuk menghasilkan penemuan berguna
b.    Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
c.    Untuk memecahkan suatu masalah dengan penalaran
d.    Untuk mengungkap kembali rahasia alam yang belum terungkap.

Untuk dapat menggunakan metode ilmiah dengan baik, para ilmuwan harus memiliki beberapa sikap ilmiah. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karya ilmiah

Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Sikap Ingin Tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Contohnya : “Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya”.

2) Sikap Kritis
Sikap kritis terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.

3) Sikap Terbuka
Sikap terbuka dapat dilihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

4) Sikap Objektif
Sikap objektif terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.

5) Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.

6) Sikap Berani Mempertahankan Kebenaran
Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.

7) Sikap Menjangkau ke Depan
Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

 Sikap-sikap ilmiah yang dijelaskan diatas, kiranya juga harus ada pada diri Anda ketika menyusun karya ilmiah. Kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan sikap ilmiah harus Anda buang jauh-jauh, misalnya sikap menonjolkan diri dan tidak menghargai pendapat orang lain, sikap ragu dan mudah putus asa, sikap skeptis dan tak acuh terhadap masalah yang dihadapi.

Scientist atau ilmuwan mempelajari gejala-gejala alam melalui observasi, eksperimentasi dan analisis yang rasional. Ia menggunakan sikap-sikap tertentu (Scientific attitudes). Sikap-sikap tersebut antara lain :

a. Jujur
Seorang ilmuwan wajib melaporakan hasil pengamatan secara objektif. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja ia tidak jujur dari manusia lain, tetapi dalam hal penelitian ia harus sejujur-jujurnya dalam melaporkan penelitiannya.

b. Terbuka
Seorang ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka dan bebas dari praduga. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum menerima/ menolaknya. Jadi ia terbuka akan pendapat orang lain.

c. Toleran
Seorang ilmuwan tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih luas, atau mungkin saja pendapatnya bisa salah. Dalam belajar menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, serta tidak memaksakan suatu pendapat kepada orang lain.

d. Skeptis
Ilmuwan dalam mencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, dan skeptis. Ia akan menyalidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia akan bersikap kritis untuk memperoleh data yang menjadi  dasar suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat.

e. Optimis
Seorang ilmuwan selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan berkata bahwa sesuatu itu tidak dapatdikerjakan, tetapi akan mengatakan “ Berikan saya kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan “.

f. Pemberani
Ilmuwan sebagai pencari kebenaran harus berani melawan semua kesalahan, penipuan, kepura-puraan, kemunafikan dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan.

Daftar pustaka:
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
http://www.zakapedia.com/2013/04/metode-langkah-langkah-dan-sikap-ilmiah.html
http://matakristal.com/pengertian-sikap-ilmiah-dan-metode-ilmiah/
http://gatotbukankaca.weebly.com/bahasa-indonesia-2-bersikap-ilmiah.html

Teori - Teori Yang Berhubungan Dengan Materi Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Macam-macam Penalaran, Penalaran ada dua jenis yaitu:

1. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah penalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum (Smart,1972:64). Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau empiri. Dengan kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.(Suriasumantri, 1985:46). Inilah alasan eratnya kaitan antara logika induktif dengan istilah generalisasi.

Contoh :
-Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
-Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan ---> Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Induktif:

Di dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal.

1. Generalisasi

Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.

Contoh generalisasi :

Jika ada udara, manusia akan hidup.

Jika ada udara, hewan akan hidup.

Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.

Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

2. Analogi

Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.

Contoh analogi :

Nina adalah lulusan Akademi Amanah.

Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Ali adalah lulusan Akademi Amanah.

Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik

3. Hubungan Kausal

Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.

Macam hubungan kausal :

a. Sebab- akibat.

Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.

b. Akibat – Sebab.

Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.

c. Akibat – Akibat.

Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.

2. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa penalaran deduktif adalah, ”A discourse in wich certain things being posited, something else than what is posited necessarily follows from them”. pola penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Corak berpikir deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua premis.

Contoh :
-Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
-DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
kesimpulan ---> semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi

Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Deduktif:
Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif dan silogisme entimen.

1. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:

Premis umum : Premis Mayor (My)

Premis khusus remis Minor (Mn)

Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

Contoh:

Contoh silogisme Kategorial:

My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA

Mn : Badu adalah mahasiswa

K : Badu lulusan SLTA

2. Silogisme Hipotesis

Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.

Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh :

My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.

Mn : Air tidak ada.

K : Jadi, Manusia akan kehausan.

3. Silogisme Alternatif

Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.

Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh

My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.

Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.

K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

4. Silogisme Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh:

- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.

Daftar pustaka:
http://bindo28.blogspot.com/2012/03/pengertian-penalaran-dan-macam-macam.html
http://raveltglory.blogspot.com/2011/10/macam-macam-penalaran.html

PEMAKAIAN METODE ILMIAH DALAM MENJAWAB PERTANYAAN ILMIAH

Metode 
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Metode ilmiah
Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Pertanyaan ilmiah
Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Menurut Depdikbud, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya.

Metode ilmiah untuk menjawab pertanyaan ilmiah
metode ilmiah adalah suatu pendekatan sistematis dalam mencari ilmu pengetahuan (atau menjawab pertanyaan penelitian) yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu dimulai dengan melakukan observasi terhadap suatu fenomena atau gejala, identifikasi dan formulasi masalah berdasarkan observasi tadi, menyusun hipotesis, melakukan penelitian untuk menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.

daftar pustaka :
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
http://iqbalkhoziana.blogspot.com/2014/03/pemakaian-metode-ilmiah-untuk-menjawab.html

KONSEP PENALARAN ILMIAH DALAM KAITANNYA DENGAN PENULISAN ILMIAH

A. Pengertian dan Jenis Penalaran
Penalaran (reasioning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).
Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan deduktif.

1. Penalaran Induktif dan Coraknya
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum.
Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:

a. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunka dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara generalisasi adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman.

2) Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah, rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua binatang menyusui mereproduksi turunannya melalui kelahiran.

b. Analogi
Analogi adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpula yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.
Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara analogi adalah sebagai berikut:

1) Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.

2) Dr. Maria C. Diamond, seorang profesor anatomi dari University of California tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuha cerebral cortex wanita, sebuah bagian otak yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina dengan sebuah hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya tikus-tikus itu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormon itu. Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya.
Dalam contoh penelitian tersebut, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi apa yang terjadi pada tikus, akan terjadi pula pada manusia.

c. Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa penyebab.
Cara berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.
Contoh:
1) Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).

2) Seorang petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu, petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).

2. Penalaran Deduktif dan Coraknya
Penalaran deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu, ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang merupakan bagian dari kasus atau peristiwa khusus itu.
Contoh :
Semua makhluk hidup akan mati
Manusia adalah makhluk hidup
Karena itu, semua manusi akan mati.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap.
Pertama, generalisasi sebagai pangkal bertolak (pernyataan pertama merupakan generalisasi yang bersumber dari keyakina atau pengetahuan yang sudah diketahui dan diakui kebenarannya.
Kedua, penerapan atau perincian generalisasi melalui kasus atau kejadian tertentu.
Ketiga, kesimpulan deduktif yang berlaku bagi kasus atau peristiwa khusus itu.
Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
Contoh:
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah pemikir.

b. Entinem
Entiem adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami.
Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang
sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yag
kesusahan.
Kalau proses penalaran itu dirubah dalam bentuk entinem, maka bunyinya hanya menjadi ”Pak Sastro adalah renternir, yang menghisap darah orang yang sedang kesusahan.”

B. Hubungan Menulis Karya Ilmiah dengan Penalaran
Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Atas dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3. Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empirik
3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.

C. Salah Nalar, Pengertian dan Macamnya
Salah nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh sederhana:
Seseorang mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.
Salah tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang berlebihan.
Salah nalar dapat dibedakan atas 4 (empat) macam:
1. Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada dua kesalahan generalisasi yang muncul:
a. Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping generalization)
Kesalahan terjadi karena penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.

b. Generalisasi apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh: Semua pejabat pemerintah korup; Para remaja sekarang rusak moralnya; Zaman sekarang, tidak ada orang berbuat tanpa pamrih; dan sebagainya.

2. Kerancuan analogi
Kerancuan analogi disebabkan karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial (pokok).
Contoh:
”Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan, karena menghambat.”

3. Kekeliruan kasualitas (sebab akibat)
Kekeliruan kasualitas terjadi karena kekeliruan menentukan sebab.
Contoh:
a. Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
b. Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan

4. Kesalahan relevansi
Kesalahan relevansi akan terjadi apabila bukti yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Corak kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:
a. Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh:
Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu.

b. Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh:
Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.

c. Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi
.
5. Penyandaran terhadap prestise seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.
Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
a. Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain

b. Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas.

c. Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.

daftar pustaka :
http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah-oleh-mardiya/